Cerita Numpang Tidur 'Saksliyutan' di Monostel Hostel Legian Bali
Cuma dengan Rp. 95ribu, menginap di Monostel Hostel Legian Bali dapat sarapan pula!
Setelah memastikan benar-benar berangkat ibadah Soundrenaline, saya langsung bergerak merancang akomodasi dan transportasi. Sebetulnya di Bali ada beberapa teman, tapi saya lebih suka mandiri, mencari penginapan sendiri.
Berangkat dari Malang ke Bali, saya naik bis sama Mas Angga. Nah, pulangnya saya nggak mau kelamaan jadi saya memilih naik pesawat saja. Demi tidur yang lebih nyenyak karena pasti kelar Soundrenaline hari terakhir itu dini hari, saya putuskan buat cari penginapan yang lebih dekat sama airport ketimbang sama lokasi acara. Walaupun sebenernya keputusan ini justru ngerepotin Kakak Angga dan Kakak Hilla yang kostnya jauh dari hostel tempat saya menginap *salim sama kakak-kakak~
![]() |
Karena Monostel ini bukan hotel, melainkan hostel, jadi ya sekedar tempat untuk numpang tidur, menaruh barang dan mandi. Satu kamar diisi 6 kasur dengan 3 bunkbed. Ya hampir mirip-mirip dengan hostel di mana saya menginap di Jogja dulu, Wake Up Homestay. Kalau saya pribadi sih nggak masalah tidurnya gimana, pokoknya tempatnya bersih dan bebas dari tempat esek-esek jas bikos aku tak ingin tidurku yang cuma 4-5 jam-an bakal terganggu suara ihwaow (saya nggak urus soal moral dll ya, murni kenyamanan bobok demi aktivitas besoknya yang padat).
![]() |
![]() |
Begitu sampai di Monostel, masih jam 11.00-an. Saya pikir kalau harus early check-in dan nambah biaya juga nggak apa-apa lah. Keburu capek badan dan pengen istirahat sebentar karena jam 15.00-an harus ke venue buat tukar tiket. Eh, ternyata begitu dicek dan kamarnya kosong, saya diperbolehkan masuk ke kamar duluan tanpa dikenakan charge. Wohoo!
Tiap 'kapsul' di Monostel ini terdiri dari kasur, 1 bantal, 1 lemari buat menaruh barang, 1 stop kontak dan meja yang bisa dilipat dengan kaca yang menempel di dindingnya. Dan tentunya, lampu plus saklarnya. Dibandingkan dengan kapsul di Wake Up Homestay Jogja, memang yang di Monostel ini langit-langitnya lebih rendah dan pengap. Tapi lampunya terang dan ada tirai penutupnya. Lebih private.
Baca Juga: Wake Up Homestay Jogja, Hotel Murah dan Nyaman Buat Para Backpacker
Segera setelah menaruh barang, saya ngecek kamar mandi. Kamar mandi bersamanya punya 6 bilik campur laki-laki perempuan. Kamar mandinya bersih, terang dan sama sekali nggak spooky. Disediakan sabun cair dan shampoo di setiap kamar mandinya. Oh iya, air panasnya juga 24 jam, nais nais ~ *balada gadis yang mandinya jam 3 pagi.
Semalam di Monostel ini tarifnya sekitar Rp. 95 ribu-an. Yang menyenangkan nginep di sini adalah tarifnya yang murah sudah termasuk dengan simple breakfast. Breakfastnya berupa 2 toast bread, pilihan telur mau diomelette or discramble, buah potong atau jus buah dan kopi atau teh. Seriusan, sarapan kayak begini aja saya kenyangnya awet sampai sore tanpa makan siang. Mungkin juga karena keslimur hal-hal lain ya, jadi nggak terlalu mikirin makanan. Kalau nggak mau sarapan yang saya sebutkan di atas, kita juga dikasih diskon 50% untuk sarapan di Monokrom Cafe.
Oh iya, Monokrom Cafe ini letaknya di lantai bawahnya Monostel. Sepertinya memang satu manajemen. Jadi kita sarapannya pagi-pagi juga di cafe ini.
Saya sebetulnya mau cobain sarapan pakai diskonan, tapi apa daya hari kedua keburu-buru mau pulang jadi nggak sempat sama sekali.
Buat yang suka bepergian tanpa ribet dan ruwet, saya merekomendasikan Monostel ini deh. Sekitarnya banyak bar dan orang jual makanan, misalnya sate babi bawah pohon yang legendaris sampe ngantri-ngantri itu. Banyak minimarket dan ATM juga di daerah sini. Staf-stafnya juga baik. Poin lain yang nggak kalah penting adalah nggak begitu jauh ke bandara, sekitar 10 menitan lah.
Tapi dari yang saya baca-baca di Google Reviews, banyak yang mengeluhkan berisiknya suara yang timbul dari cafe di lantai bawah di malam hari. Kalau nggak salah setiap hari mereka ada live music gitu sampai jam 11 malam. Berhubung saya pulangnya dini hari, jadi nggak sempat 'menikmati' berisiknya cafe sih. Pun kalau memang berisik, saya itu paling gampang "tertidur di mana pun aku bisa", kayak lagunya Morfem :))
Overall, Monostel bisa jadi pilihan kalau kamu menginap ala-ala backpacker di daerah Legian.
Baca Juga: Apa Saja Yang Bisa Dilakukan Saat Staycation?
Pingin sih nyoba nginep di hostel yang tipe kamarnya dormitory gitu. Cuma kadang gak begitu suka kalo kamar mandi campur dengan orang banyak. Takutnya ada yang jorok atau ada yang ngintip dari sebelah *gampang parno*
BalasHapusaku suka banget nginep di dorm macam gini
BalasHapusapakagi sekamar 30 orang, seru banget
cuma kadang pas mo mandi harus rebutan
Ahh baiklah noted monostel, sukaa tempatnya ..
BalasHapusButku kalo niatnya mo traveling lebih seneng nginep di tempat beginian,karena numpang tidur doank.
Wow! Semalam cuma 95 ribu rupiah? Itu juga udah plus sarapan?
BalasHapusMauuu...
Btw, kapan ya aku bisa ke Bali. Nabung dulu ah..
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapuskalo buat bacpacker sih ini cucok banget.
BalasHapuskalo buat honeymoon mah jangan yaa.. hahaha
Cocok buat transit ya Mba, nice info
BalasHapushostelnya nyaman juga ya, kalau di pakai menginap jadi enak meskipun minimalis.. :)
BalasHapus