Politik Perasaan
Sayang, aku tak paham pada paham-paham apalah yang kau anut itu
Aku kadang tak mengerti pada pikiran-pikiran dan tulisanmu tentang negeri kita
Kamu bilang negeri kita ini negeri bagaikan Coca-Cola.
Berbuih, menggelegak, tetapi sesungguhnya hanya air sirup belaka.
Duh, aku tidak mengerti. Bisakah kita bersantai saja di padang rumput ini, berhenti meracau tentang ketimpangan yang ingin kamu setarakan?
Sayang, kita kembali lagi berdebat.
Mengenai telur dan ayam, apakah langit itu benar-benar biru atau sebetulnya tipuan mata belaka, tentang alam semesta dan serpihan-serpihannya
Kamu utarakan teori-teori, susunan galaksi, unsur genetis, bla-bla-bla
Duh, aku tidak mengerti. Bisakah kamu mengulanginya lagi, atau menjelaskannya dengan bahasa manusia yang dapat dengan mudah kutangkap sembari aku memandangi garis wajahmu?
Sayang, maukah kamu duduk di sampingku.
Kita duduk bicarakan ini bersama, seperti pasangan kekasih yang lain.
Majulah dan beranikanlah dirimu untuk diikat dan terikat bersamaku, seperti keberanianmu menggebu-gebu berorasi memperjuangkan keadilan?
aku ingin kita bercinta dengan sederhana..
Komentar
Posting Komentar
Thankyou for your feedback!