Tentang Twitter, Kampanye Partai Politik dan Kue Ongol-Ongol
Gelaran pesta politik yang katanya merupakan pesta demokrasi rakyat sebentar lagi akan berlangsung. Tahun 2014 memang menjadi tahun politik yang cukup 'padat' menurut saya. Sebagai orang yang setiap hari mengakses internet dari mana-mana, duduk di depan komputer 8 jam sehari dan sudah 2 kali menjadi peserta pemilu, tentunya saya melihat adanya perbedaan antara Pemilu tahun ini dengan tahun 2009 yang lalu.
Satu yang paling terlihat adalah dari cara kampanye para calon-calon 'pesohor' negeri ini. Jika pada tahun 2009, poster, flyer, kaos bergambar wajah para calon legislatif semarak di mana-mana, tahun ini pun masih sama. Bedanya adalah media yang digunakan makin beragam. Makin kreatif atau makin 'kreatif', ya? Nih beberapa contohnya:
Sedalam-dalamnya lautan lebih dalam laut yang cetek, benar bukan?
Sumber: posterjenaka.tumblr.com |
Rokok memang akrab dengan kehidupan masyarakat agraris seperti Indonesia, ta-tapi, Pak ..
Sumber: tamtomo.blogspot.com |
Di tahun 2014 ini, rupanya kampanye politik juga mulai menyentuh ranah social media. Lihat saja, setidaknya 2 partai yang digadang-gadang bakal menduduki kursi terbanyak ini, juga memiliki akun Twitter resmi. Partai G bahkan sudah verified lho akunnya.
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
Akun-akun Twitter partai politik Indonesia ini tidak semuanya dijalankan dengan baik. Ada beberapa akun Twitter resmi yang kesannya hanya sebagai RSS Feed saja atau dijalankan oleh bot. Tetapi, ada juga yang menggunakannya secara interaktif dengan para followersnya. Istilahnya, conversation-nya dapet. Selain menanggapi tweet followers, ada juga yang mengupdate kegiatan terbaru partainya.
Mungkin kalau untuk membicarakan brand engagement akun-akun Twitter resmi parpol ini, kapasitas saya masih kurang sekali. Namun, ada hal yang cukup membuat saya 'geli' sekaligus geram. Entah apakah para admin Twitter parpol ini sudah paham yang namanya netiquette atau sistem bot-nya yang tidak sopan, yang jelas saya sempat terganggung dengan akun-akun Twitter yang suka menyambar tweet orang lain. Bahkan ketika kita tidak me-mention mereka. Wah!
Jadi, beberapa waktu yang lalu saat saya menonton TV, saya tergelitik akan sebuah iklan televisi sebuah partai yang mengadopsi tagline khas dari sebuah acara kuliner di TV. Iseng-iseng, saya nge-tweet menggunakan kata-kata nama petinggi parpol tersebut, tagline 'baru'nya dan persamaan dengan kue ongol-ongol *jangan ditanya korelasinya ya, karena memang nggak ada korelasinya, wong cuma becanda hehehe*. Tak disangka beberapa menit kemudian sebuah tweet mampir ke kolom mention saya. Isinya kurang lebih begini:
"Tagline itu adalah bukti bahwa Pak *&%$^% adalah yang terbaik. Dukung terus Pak *&%$^%"
Lha, tentu saya kaget karena saya tidak merasa memention akun partai tersebut. Jika itu adalah kerjaan bot, wah sigap banget ya, karena tidak sampai semenit kemudian ada akun 'kloningan' lain yang nyamber tweet tadi.
Keesokan paginya, betapa GR-nya saya saat melihat tab mention saya meledak sampai sekitar 10-an tweet. Saya kira ada sesuatu yang seru. Eh ternyata saat dibuka, kok banyak akun kloningan dengan tweet-tweet yang cukup bikin pusing orang-orang yang kaya saya *yang kalau Pemilu suka karena libur, gitu aja*. Kesal, langsung tanpa pikir panjang saya pencet satu per satu pilihan Report As Spam.
I treat my Twitter carefully. Kesal rasanya disambar-sambar seperti itu. Entah apakah saya terlalu serius menggunakan Twitter. Saya pikir Twitter tak ubahnya dengan rumah bagi seseorang. Tweet yang masuk ke kolom mention kita karena kerjaan bot, apalagi yang berasal dari partai politik, membuat saya tidak bersimpati. Hal seperti ini pastinya cukup mengganggu bagi sebagian orang, apalagi dengan cara pendekatan yang tidak 'halus' seperti ini.
Kondisi partisipasi politik kaum muda di Indonesia memang adem-ayem. Memasuki dunia social media yang banyak digunakan kaum muda adalah salah satu strategi yang cukup baik. Namun, harus memperhatikan pula kultur dan netiquette yang berlaku di dalamnya. Alih-alih partisipasi politik bertambah, orang semakin jengah.
Nah, kenapa saya mengkorelasikan dengan kue ongol-ongol? Karena bagi saya, meskipun kue ini enak, warna-warninya bikin serem dan terkesan 'palsu'. Hihihi.
Googling bentuk kue ongol-ongol ahhh >,<
BalasHapusHihihi warna warni gitu, bentuknya ga jelas sih, suka suka yang bikin :p
Hapus