Tentang Radio Online Lepas Landas dan Ngobrol Suka-Suka Bareng Rizal Bagus Ramadhan
Baca preface-nya di sini ya :D
Dalam sebuah acara gig di tahun 2013 yang pernah saya ikuti, ada beberapa media partner yang nggak asing lagi. Kebanyakan memang media online, seperti akun-akun Twitter publik, zine hingga radio online. Dalam acara tersebut ada sekitar 2-3 radio online yang berpartisipasi, salah satunya adalah Lepas Landas.
Kesempatan membawa saya bertemu dengan Rizal Bagus Ramadhan di kantor tempat saya bekerja saat ini. Saya tidak pernah ketemu Rizal saat jam kantor *katanya sih pernah ketemu di pantry, tapi saya lupa :|* karena jam kerja kami yang berbeda jauh dan nggak lama kemudian saya pindah gedung. Tapi komunikasi kami tetap berjalan hingga akhirnya saya (telat tahu) bahwa Rizal adalah otak dibalik Lepas Landas.*padahal Rizal ngotot sudah pernah ketemu saya sebelum di kantor ini :p*
Sayangnya, saat saya mau nguping Lepas Landas, Rizal menyampaikan bahwa radio ini vakum. "Lho opo'o Zal? Eman e ta lah ..." kata saya waktu itu. Cerita punya cerita, disambung dengan sowannya Rizal ke rumah, akhirnya saya bisa menyergap si freelance designer ini dalam beberapa sesi obrolan mengapa Lepas Landas sekarang terbang-tenggelam.
Note: karena kami ngobrolnya ngalor ngidul, AWS ini saya sajikan dalam bentuk conversation
Winda: "Zal, ngobrol orang sukses mah wis biasa ya, kalo ngobrolin tentang mimpi yang tertunda gitu kan masih jarang yo. Kamu kok kepikiran bikin Lepas Landas gitu gimana ceritanya?"
Rizal: "Jadi ide awal dateng waktu aku dengerin salah satu radio online kota Malang yang sampe sekarang makin eksis dan makin besar. Playlist-nya kece sampe akhirnya aku dengerin secara rutin satu program mereka. Dari situ aku kepikiran, ini asyik banget dan seru pastinya bisa berbagi playlist dengan temen-temen di luar sana. Koleksi MP3 (yah, kebanyakan sih dapet download hehehe) yang ada di laptop juga lumayan banyak dari genre macem-macem. Belum kepikiran akan nerima demo dan bantu temen-temen musisi promoin karya mereka, pure hanya karena ngerasa ini asyik dan pengen tau rasanya punya radio (online) sendiri. Akhirnya, aku ngajak Abid, temenku yang juga punya koleksi MP3 aneh-aneh berjibun, untuk iseng bareng bikin radio ini."
Winda: "Lha terus kenapa namanya Lepas Landas?" (sering diplesetkan oleh Fajar, teman kami, jadi Lepas Sandal hahaahahha)
Rizal: "Hmmmm. Aku sama Abid sepakat pake nama ini karena kedengarannya enak aja, dan berbahasa Indonesia. Soal filosofi dan lain-lainnya, kita masa bodo sih sebenernya. Hahahaha ... "
Winda: "Iyo terdengar rebel dan bebas gitu ya .. Anyway, Sepanjang karir Lepas Landas, band apa yang pernah kirim demo ke kamu dan apa yang paling kece menurutmu?"
Rizal : "Dari sekian banyak demo yang pernah masuk ke email Lepas Landas, jujur aja semua kece. Tapi aku pribadi punya beberapa favorit. Aku kasih 5 aja deh ya:
Dalam sebuah acara gig di tahun 2013 yang pernah saya ikuti, ada beberapa media partner yang nggak asing lagi. Kebanyakan memang media online, seperti akun-akun Twitter publik, zine hingga radio online. Dalam acara tersebut ada sekitar 2-3 radio online yang berpartisipasi, salah satunya adalah Lepas Landas.
Kesempatan membawa saya bertemu dengan Rizal Bagus Ramadhan di kantor tempat saya bekerja saat ini. Saya tidak pernah ketemu Rizal saat jam kantor *katanya sih pernah ketemu di pantry, tapi saya lupa :|* karena jam kerja kami yang berbeda jauh dan nggak lama kemudian saya pindah gedung. Tapi komunikasi kami tetap berjalan hingga akhirnya saya (telat tahu) bahwa Rizal adalah otak dibalik Lepas Landas.*padahal Rizal ngotot sudah pernah ketemu saya sebelum di kantor ini :p*
Sayangnya, saat saya mau nguping Lepas Landas, Rizal menyampaikan bahwa radio ini vakum. "Lho opo'o Zal? Eman e ta lah ..." kata saya waktu itu. Cerita punya cerita, disambung dengan sowannya Rizal ke rumah, akhirnya saya bisa menyergap si freelance designer ini dalam beberapa sesi obrolan mengapa Lepas Landas sekarang terbang-tenggelam.
Note: karena kami ngobrolnya ngalor ngidul, AWS ini saya sajikan dalam bentuk conversation
Winda: "Zal, ngobrol orang sukses mah wis biasa ya, kalo ngobrolin tentang mimpi yang tertunda gitu kan masih jarang yo. Kamu kok kepikiran bikin Lepas Landas gitu gimana ceritanya?"
Rizal: "Jadi ide awal dateng waktu aku dengerin salah satu radio online kota Malang yang sampe sekarang makin eksis dan makin besar. Playlist-nya kece sampe akhirnya aku dengerin secara rutin satu program mereka. Dari situ aku kepikiran, ini asyik banget dan seru pastinya bisa berbagi playlist dengan temen-temen di luar sana. Koleksi MP3 (yah, kebanyakan sih dapet download hehehe) yang ada di laptop juga lumayan banyak dari genre macem-macem. Belum kepikiran akan nerima demo dan bantu temen-temen musisi promoin karya mereka, pure hanya karena ngerasa ini asyik dan pengen tau rasanya punya radio (online) sendiri. Akhirnya, aku ngajak Abid, temenku yang juga punya koleksi MP3 aneh-aneh berjibun, untuk iseng bareng bikin radio ini."
Winda: "Lha terus kenapa namanya Lepas Landas?" (sering diplesetkan oleh Fajar, teman kami, jadi Lepas Sandal hahaahahha)
Rizal: "Hmmmm. Aku sama Abid sepakat pake nama ini karena kedengarannya enak aja, dan berbahasa Indonesia. Soal filosofi dan lain-lainnya, kita masa bodo sih sebenernya. Hahahaha ... "
Winda: "Iyo terdengar rebel dan bebas gitu ya .. Anyway, Sepanjang karir Lepas Landas, band apa yang pernah kirim demo ke kamu dan apa yang paling kece menurutmu?"
Rizal : "Dari sekian banyak demo yang pernah masuk ke email Lepas Landas, jujur aja semua kece. Tapi aku pribadi punya beberapa favorit. Aku kasih 5 aja deh ya:
1. Billie The Vision and The Dancers - Absolutely, Salutely
2. Divine Paiste - Dust In The Wind
3. La Frontera - The Zurzut
4. The Kuda - Wanita Yang Ingin Membunuhku
5. C.U.T.S - Teriak Gila"
Winda: "Gimana sih antusiasme orang-orang dan antusiasme penggagasnya terhadap radio ini?"
Rizal:
"Karena radio ini cuma aktif sekitaran 6 bulan aja, susah juga nilai
antusias orang ya, apalagi ditambah dengan jadwal siaran yang ga jelas
dan seenak kita sendiri, hahahaha. Tapi pendengar setia pasti punya sih
walaupun itu temen-temen kita sendiri :'). Kalo dari aku sama Abid,
antusias banget. Pernah lho dua hari siaran full non-stop." (Mereka
boleh aktif 6 bulan saja, tapi banyak demo-demo artis berdatangan mulai
dari dalam negri misalnya The SIGIT sampai luar negri. Baca kisahnya di sini)
Winda: "Wah, udah kece gitu, kok mati suri?"
Rizal:
"Kalo kita di Lepas Landas, jujur aja udah mulai kesusahan cari server
radio streaming yang gratis. Pernah kita pake yang berbayar, itu pun
bertahan cuman dua bulan, soalnya waktu itu kita sama-sama belum punya
penghasilan, ciyan. Kalo radio online lain ga tau sih, pasti
macem-macem. Yang jelas, mau lagi sih Lepas Landas bisa siaran kaya
dulu, ya walaupun ga ada yang dengerin juga. :))))"
Winda: "Zal, Kalo menurutmu, radio online di Indonesia itu kaya gimana?"
Rizal:
"Semua orang aku pikir bisa bikin radio online-nya sendiri, termasuk di
Indonesia. Bisa jadi tiap harinya lahir radio-radio online independen
baru yang banyaknya juga 'andergron'. Perkembangan kaya gini bagus
menurutku, musisi independen jadi makin luas pasarnya. Infrastruktur
makin bagus, masyarakatnya juga makin terbiasa sama dunia online. Selain
itu, setau aku pemerintah juga belum terlalu concern soal radio online,
yang artinya regulasi-regulasi yang sifatnya membatasi belum ada.
Bebas, mau bikin radio online untuk puter musik, propaganda agama baru,
bagiin tips-tips cinta, atau tujuan aneh-aneh yang lain."
Winda: "Nah itu kan gampangnya .. Trus, apa susahnya mengelola radio online?"
Rizal
: "Sama sekali ga susah seandainya internet kamu sehat. Itu soal
teknisnya. Kalo soal promo dan ngembangin brand radio itu sendiri, butuh
konsistensi dan 'sedikit' uang sih menurutku."
Winda:
"Eh zal, kebanyakan (bisa dibilang) hampir semua radio online di
Indonesia ini memilih bergulat dg musik-musik anti mainstream. Kenapa
sih? Apa memang ada tertanam mindset kalo radio online itu ya ranahnya
memang utk musik-musik indie?"
Rizal:
"Menurutku ga ada salahnya jika orang akhirnya beranggapan seperti itu.
Terlepas dari idealisme si empunya, radio-radio ini memang hadir
menjawab tantangan yang dihadapi musisi sidestream. Lewat radio-radio
online underground ini mereka bisa dengan cukup bebas memperdengarkan
karya mereka ke para penikmatnya, yang notabene memang segelintir saja."
Winda:
"Oooh, ngomong soal 'uang' yang tadi sempet disinggung, Kamu mau ga
kalo suatu hari LL nih ada investor kasih full dana buat ngembangin LL.
Kamu yg pegang tp LL playlistnya ganti sama lagu2 indo-melayu?" (Intinya, idealisme ttg musik yang diputar, jadi berubah)
Rizal:
"Ga masalah sih ya, tapi akan kami tetapkan porsi yang jelas. Selama
permintaan si investor masih kami anggep wajar dan masuk akal, mau muter
musik siapapun ga akan jadi masalah. Bahkan menurutku akan jadi seru
seandainya LL punya program yang khusus muter musik-musik melayu. Yang
dengerin pasti bosen juga kan kalo seandainya tiap hari disuguhin
musik-musik a la Belle and Sebastian, Acid House Kings, dkk. Intinya
kalo soal playlist, LL fleksibel."
Winda:
"Nyambung dengan yang di atas, kalo menurutmu, sekarang kan kita banyak
menemui org2 yg mengaku pecinta musik indie lah, cutting edge lah,
sehingga musik2 indie jadi digandrungi secara umum (sama anak2
hipster--sebutannya). Istilahnya 'anti mainstream yg jd mainstream'.
Menurutmu gimana fenomena itu Zal?"
Rizal:
"Hahaha, pertanyaan seru nih. Aku ga munafik ya, mungkin aku salah satu
di antara mereka. Tapi yang jelas menurut aku pribadi, musik-musik ini
kenyataannya memang punya 'value' yang ditawarin ke para penikmatnya.
Kalo dibandingin sama musik-musik TV jaman sekarang hehehe, karya musisi
sidestream memang lebih menarik untuk disimak. Soal istilah 'anti
mainstream yang jadi mainstream', aku ga bisa komentar ya karena balik
lagi ke orangnya sendiri. Aku sih suka musik tertentu karena memang aku
suka, dan ga melulu musik-musik TV itu kualitasnya jelek. Kalo ada orang
yang dengerin musik sidestream hanya untuk label 'anti mainstream', ya
terserah mereka sih, hehehe."
Winda: "Kalo nanti LepasLandas bisa on air lagi, bisa jadi besar, idealisme apa yg pengen kamu bawa & pertahankan?"
Rizal: "Idealisme 'suka-sukanya' yang pasti"
Winda: "Kalo dari Malang sendiri, band/musisi yg kamu dengerin punya potensi besar dlm dunia musik, siapa?"
Rizal:
"Banyak ya pastinya, tapi aku pribadi jagoin Crimson Diary, The Morning
After, Write The Future, Oneding, Christabel Annora, dan tentunya Winda
Carmelita dong." (Waduh, saya dirayu *hajar Rizal)
Obrolan
ngalor ngidul ini bikin saya yakin kalau kita semua punya space untuk
bermusik. Setiap musik pasti punya pendengarnya. Seperti keyakinan
Rizal. Meskipun Lepas Landas belum sepopuler radio online lainnya, tentu
ada orang-orang yang mendengarkan dan mengikuti perjalanan mereka.
Buktinya, meski cuma bermodal laptop, koneksi internet dan kamar
kost-kostan (kadang siarannya mengandalkan akses wifi gratis-nya
Indomaret lho), band-band luar negeri pun 'ngeh' sama keberadaan mereka.
Ya, dengan konvergensi media, siapapun bisa mewujudkan apa yang mereka
mau bukan?
Mau ngobrol-ngobrol sama Rizal? Boleh banget, kontak aja Rizal via:
Facebook: https://www.facebook.com/rizalbagus
Rizal Bagus Ramadhan, yang dikata mirip sama Iqbal Cowboy Junior |
Twitter: @rizalbr
Lihat karya-karya Rizal di Instagramnya: http://instagram.com/rizalbr
Atau dengerin suara ademnya di link bawah ini: http://soundcloud.com/thesuralaya
Goodluck
buat Rizal, semoga Lepas Landas dan proyek-proyekmu yang lain bisa
mengudara dan terbang tinggi mengangkasa nggak pernah tenggelam lagi :D
wah,waktu kuliah dan ngajar di malang dulu hobi banget dengerin radio lo mbk hehehe..lepas landas,baru dnger hehe
BalasHapus