Karena Langit Masih Biru dan Harapan Itu Selalu Ada
Ada banyak definisi tentang hidup. Tapi ibarat yang tepat adalah mirip rollercoaster. Naik, turun, menukik tajam, melambung ke atas dan semuanya bergerak dengan sangat cepat sampai-sampai kita tak sadar bahwa kita (pada saatnya) akan kembali ke tempat semula, tempat pemberangkatan.
Saat melambung ke atas, begitu pula dengan kelokan tajam dan curam di depan sudah menunggu kita. Iya, semakin dewasa ada banyak hal yang kita inginkan ... justru tidak terkabul. Katakanlah, jika seumur hidup kamu ingin bersahabat dengan orang-orang yang dengannya kita merasa nyaman. Ada satu-dua pengkhianatan yang membuat kamu tersakiti atau justru menyakiti. Katakanlah, saat kamu menjalin hubungan dengan seseorang, keputusan-keputusan terkait prinsip yang sulit diubah akan mengantarkanmu pada satu keputusan besar untuk mengakhiri jalan yang ditempuh bersama. Kecewa dan keraguan terasa seperti luka yang ditaburi garam. Pedih.
Atau .. saat kamu ingin berjuang dan memperjuangkan yang terbaik. Tetapi dunia tetap saja melihatmu sebagai bagian dari satu dari sepersekian juta molekul yang tak terlihat dan ... tidak penting. Mereka bilang, "Aku lho lebih pinter (kamu gak bisa apa-apa)," "Gimana, aku lebih cantik 'kan? (kamu kan biasa-biasa aja)", "Aku lebih senior (kamu cuma anak kemarin sore)" dan kamu cuma tersenyum kecut. Melirik sebagian dari apa yang kamu kerjakan sepanjang hidupmu dan urung menunjukkannya pada dunia. Menyimpannya kembali ke dalam boks kecil di ruang hatimu, semata-mata karena ... kamu tak percaya pada dirimu sendiri bahwa kamu bisa.
Hingga semua ini membuatmu pernah berhenti dan lelah. Berhenti percaya bahwa kamu berharga. Berhenti mengakui bahwa kamu bisa. Lelah berjuang karena kamu berjuang seorang diri dan merasa tak mampu lagi. Lelah mendengar desas-desus di luar sana tentang siapa kamu dan bagaimana kamu bisa sampai di sini.
Kamu pernah membenci dirimu, kamu pernah membenci kehidupanmu yang tak bisa kamu topang sendiri. Kamu pernah ingin pergi jauh ke tempat baru dimana tak seorang pun pernah mengenalmu sebelumnya. Tapi sedihnya, kamu tidak bisa melakukannya. Toh nyatanya masih ada orang-orang di sekitarmu yang tak rela kamu pergi sendiri, dan masih setia menemani.
Luka batin, penolakan, kekecewaan, diremehkan ... adalah bagian-bagian dari hidup yang harus dienyahkan jika kamu mau jadi pribadi yang lebih baik. Saat dulu tantangan yang harus kamu taklukkan adalah menunggu dosen yang nggak kunjung memberi acc sidang komprehensifmu, sekarang tantanganmu lebih besar. Dosennya adalah Tuhan, universitasnya adalah kehidupan, dan soal ujiannya adalah : "Maukah kamu berdamai dengan masa lalu dan memaafkan dirimu sendiri?" bahwa memang orang datang dan pergi dalam hidup bukan tanpa alasan. Entah itu untuk membahagiakanmu, atau justru memberikan pelajaran berharga bagimu.
Perlu waktu seumur hidup untuk menyelesaikan soal ujian ini, tetapi suatu saat pasti akan rampung. Seiring dengan kedewasaanmu, seiring dengan naiknya level ujian dalam hidupmu, atau saat kamu menemukan orang yang tepat yang akan membuatmu melupakan bagian terburuk dari dirimu di masa lalu. Ya, kamu harus selesai lebih dahulu dengan dirimu. Mengeluarkan orang-orang yang beracun, memberi kesempatan untuk pikiranmu jernih dan menggantungkan kebahagiaan pada dirimu sendiri.
Saat melambung ke atas, begitu pula dengan kelokan tajam dan curam di depan sudah menunggu kita. Iya, semakin dewasa ada banyak hal yang kita inginkan ... justru tidak terkabul. Katakanlah, jika seumur hidup kamu ingin bersahabat dengan orang-orang yang dengannya kita merasa nyaman. Ada satu-dua pengkhianatan yang membuat kamu tersakiti atau justru menyakiti. Katakanlah, saat kamu menjalin hubungan dengan seseorang, keputusan-keputusan terkait prinsip yang sulit diubah akan mengantarkanmu pada satu keputusan besar untuk mengakhiri jalan yang ditempuh bersama. Kecewa dan keraguan terasa seperti luka yang ditaburi garam. Pedih.
"Penyesalan memang akan selalu hadir di belakang, kalau di depan namanya pendaftaran,"Atau ... saat kamu tak lagi mencintai dirimu sendiri. Karena kamu tidak secantik gadis-gadis lainnya. Karena kamu tidak selangsing gadis-gadis lainnya. Karena kamu tidak sekeren gadis-gadis jaman sekarang lainnya dengan lemak-lemak di lipatan tubuhmu. Hingga akhirnya kamu tidak ingin keluar rumah, jogging mati-matian jam 05.00, membiarkan dirimu kelaparan di tengah malam dan memilih untuk tidur daripada membantu lambungmu bekerja normal ... dan yang terparah adalah ... kamu mulai membenci dirimu, karena dorongan orang lain.
Atau .. saat kamu ingin berjuang dan memperjuangkan yang terbaik. Tetapi dunia tetap saja melihatmu sebagai bagian dari satu dari sepersekian juta molekul yang tak terlihat dan ... tidak penting. Mereka bilang, "Aku lho lebih pinter (kamu gak bisa apa-apa)," "Gimana, aku lebih cantik 'kan? (kamu kan biasa-biasa aja)", "Aku lebih senior (kamu cuma anak kemarin sore)" dan kamu cuma tersenyum kecut. Melirik sebagian dari apa yang kamu kerjakan sepanjang hidupmu dan urung menunjukkannya pada dunia. Menyimpannya kembali ke dalam boks kecil di ruang hatimu, semata-mata karena ... kamu tak percaya pada dirimu sendiri bahwa kamu bisa.
Hingga semua ini membuatmu pernah berhenti dan lelah. Berhenti percaya bahwa kamu berharga. Berhenti mengakui bahwa kamu bisa. Lelah berjuang karena kamu berjuang seorang diri dan merasa tak mampu lagi. Lelah mendengar desas-desus di luar sana tentang siapa kamu dan bagaimana kamu bisa sampai di sini.
Kamu pernah membenci dirimu, kamu pernah membenci kehidupanmu yang tak bisa kamu topang sendiri. Kamu pernah ingin pergi jauh ke tempat baru dimana tak seorang pun pernah mengenalmu sebelumnya. Tapi sedihnya, kamu tidak bisa melakukannya. Toh nyatanya masih ada orang-orang di sekitarmu yang tak rela kamu pergi sendiri, dan masih setia menemani.
Luka batin, penolakan, kekecewaan, diremehkan ... adalah bagian-bagian dari hidup yang harus dienyahkan jika kamu mau jadi pribadi yang lebih baik. Saat dulu tantangan yang harus kamu taklukkan adalah menunggu dosen yang nggak kunjung memberi acc sidang komprehensifmu, sekarang tantanganmu lebih besar. Dosennya adalah Tuhan, universitasnya adalah kehidupan, dan soal ujiannya adalah : "Maukah kamu berdamai dengan masa lalu dan memaafkan dirimu sendiri?" bahwa memang orang datang dan pergi dalam hidup bukan tanpa alasan. Entah itu untuk membahagiakanmu, atau justru memberikan pelajaran berharga bagimu.

"Life is a challenge, accept it then fight for it."Karena langit masih biru dan harapan itu selalu ada, maka berjuanglah. Karena orang itu adalah aku, maka kamu pasti bisa.
quote terakhir, betul banget :)
BalasHapusCredoku, Mak. Semoga bisa selalu menjalankannya :)
HapusMasuk ke hati mak, dalem bgd nih. Sukses y mak :)
BalasHapusMasuk ke hati mak, dalem bgd nih. Sukses y mak :)
BalasHapusThanks Mak Inda :)
Hapuslive is a rollercoster kaya lagunya Ronan Keating ya mbak :) Makasih udah ikutan GAnya Mak Echa ya.
BalasHapusHahahha bener mak lidya, 90an banget nih yeee ..
HapusSangat setuju
BalasHapusThankyou :)
Hapusberjuanglaaaah
BalasHapusYeaaaaaah Mak *kencengin ikat kepala*
HapusKalimat2nya penuh filosofi :-)
BalasHapusMikirnya lama ini mak hahahhahahhaha
Hapusbermanfaat dan mencerahkan, salam kenal mbak :)
BalasHapusWah dikunjungi blogger kece! Hihihi salam kenal Mak, makasih udah mampir ;)
HapusHuks. Makjleb bener postingannya. Setuju banget :)
BalasHapusSalam kenal ya, Mak^^
Salam kenal Mak Lestarie :)
HapusKalimatnya bikin merinding yg baca...
BalasHapusMoga sukses yaaaa.... salam kenal mak:)
Iya Mak, aku galauwwww. Salam kenal Mak Hidayah, namanya bagus :D
HapusDaem banget Mak, sukses GAnya ya :)
BalasHapusMakasih maaaak :*
Hapuskalo di depan pendaftaran namanya ya mak. hihihi...ngikik sendiri mbacanya.
BalasHapusIya Mak, kalo pendaftaran di belakang namanya penyesalan *lah *mbulet :))
HapusPostingane kok ora seperti biasa, ya. Aku ngga mudeng, Wind. Wkwkwk
BalasHapusKalau kita langsing banget ya, Wind. Britney mah kalah langsing. :D
Mak Idaaaah, iyo iki gara-gara merenungi hidup yang makin keeezaaaaam :))
HapusWindaaaa...kenapa kamu bilang spt itu?? kamu tuh keren tau nggak siiiyyyy ;) muuuaahh muaaahhh.... Emang sih selalu ada fase dlm hidup saat menganggap diri sendiri adalah bagian terburuk dari semesta. Tapi seperti angin yg selalu setia bertiup, semangat yg ada di dalam diri kita akan membantu kita utk melalui fase terburuk itu.
BalasHapusMak Unieek, makasih. Iya Mak, ini fase menuju dewasa 'kali ya :')
HapusLife is a challenge, accept it then fight for it .. :) salam sukses mbak winda
BalasHapusTerimakasih, salam kenal :D
Hapus