Kado Dua Lilin di Malam Ke-Dua Puluh Lima
Dear Kamu,
Katakanlah aku terlalu sentimentil. Tapi aku Cuma duduk diam
di sudut ruangan kala melihatmu membalik kalender bulan Januari itu. Kamu tak
pernah melingkari sebuah angka di minggu ketiga Januari. Oh, pernah, kamu
melingkarinya di tahun 2009, 2010, 2012, dan mengisinya dengan … jadwal kesibukanmu. Huh,
rasanya aku ingin menarik kupingmu dan berteriak: “Kamu keras hati banget sih!”
Memang tak sedikit orang yang merasa tak paham dan tak cocok
dengan cara berpikirmu. Bagimu, hidup kita tak perlu diisi dengan hal-hal yang
tidak prinsipil dan perayaan-perayaan yang sentimentil. Kalaupun kamu
menyebutnya ‘perayaan’, itu adalah sepiring mie di hadapanmu. Keluargamu masih
percaya makna makan mie di hari ulang tahun agar panjang umur. Yah, boleh juga,
pokoknya perut kenyang deh.
Awalnya aku sangat cemburu. Gadis-gadis seusiamu suka
berpesta. Mereka akan mengajak sahabat-sahabatnya berpesta: karaoke sepanjang
malam, bernyanyi hingga suara serak, menghabiskan 1-2 tower bir atau
berbotol-botol vodka, mentraktir makan sampai perut buncit sebuncit tagihan
kartu kredit tiap bulan. Jika tidak dengan sahabat-sahabatmu, kusangka kamu
memperingati hari spesialmu bersama kekasihmu. Tapi … kamu ‘kan tidak punya
kekasih ya? Kusempatkan untuk mengintip dari celah: Inilah kamu: pulang kantor,
beli mie di depot favorit, pulang ke rumah, makan bersama orangtuamu lalu …
tidur.
Gak asik banget sih! Gak gaul amat!
Padahal kurasa kamu juga bukan anak rumahan. Di hari biasa
malah susah ditemui, sok menjelma seperti kutu loncat. Dari satu tempat ke
tempat lain, kamu seakan punya ‘perayaan’ sendiri setiap hari … Merayakan
kebebasanmu. Tapi kamu tak pernah benar-benar ingin merayakan hari ulang tahunmu dengan gegap gempita.
"Alah, toh cuma masalah angka usia"
"Alaaaah, jatah hidup di dunia makin berkurang ngapain dirayain segala"
"Alah, toh cuma masalah angka usia"
"Alaaaah, jatah hidup di dunia makin berkurang ngapain dirayain segala"
Suatu ketika aku malah berpikir, apakah kamu membenci dirimu
sendiri dengan tak menganggap dirimu ada di hari itu? Atau … jangan-jangan kamu
memang pelit? Tidak mau mengeluarkan sedikit uang berlebih di hari itu untuk
merayakan hari istimewamu. Cih! Emang dipakai buat apa sih gajimu? Jangan
pelit-pelit lah, buat diri sendiri juga … Tapi, kembali lagi aku tersadar: kamu
bukan orang seperti itu.
Suatu malam di tahun 2013, aku melihatmu duduk di kamarmu.
Dengan memeluk Thomas, gitar kesayanganmu yang renta itu, kamu tampak sedikit
melamun. Hmm, sepertinya kamu tidak melamun, tapi berpikir karena jari-jari
tanganmu mengetuk-ngetuk meja. Sesekali kau coret-coret kertas di hadapanmu.
Kemudian kamu tampak terdiam lagi.
Okelah, aku tidak ingin mengusikmu. Biasanya kalau lagi
seperti ini, kamu tidak bisa diganggu bahkan untuk urusan buang hajat
sekalipun. Ya .. ya .. ya .. Tahu diri, kututup kembali ruanganku dan
membiarkanmu semalaman.
Keesokan paginya, kuberanikan diri untuk mengintip apa sih
yang semalam kamu tuliskan. Ternyata ini yang kutemukan:
“Tak ada terang lilin,
Ataupun … meriahnya sorak
sorai mala mini
Tak ada riuh terompet
pertanda
Kau telah dewasa
Bertingkah detak jarum
jam ke kanan
Ingatkan … kemana kau
harus segera melangkah
Tuliskan rencana dan
harapanmu
Dan bergeraklah
Di saat terasa makin
pahit hidupmu
Luangkan sejenak waktu
… dan dengarkan …
Selamat ulang tahun
yang terindah
Selamat bertumbuh
menjadi dewasa
Ada cinta yang selalu
ada
Menyapa hari-harimu
Selamat ulang tahun
yang terindah
Semoga tak akan pernah
menyerah
Memaknai segala yang
terjadi
Dan jadilah … yang
terbaik.”
Aku tersenyum membacanya. Semua dugaanku menguap dengan
sempurna kala membacanya. Ibarat kotak Pandora, memang tak semua orang dapat
menebak isi hatimu. Tetapi, terima kasih karena telah menyadarkanku satu arti
tentang penerimaan diri. Tak ada riuh suara dan kemeriahan pesta yang kamu
harapkan, tetapi di tahun ini, terimakasih karena telah akhirnya kamu dapat membuka
dan menerima dirimu. Terimakasih karena telah mencoba dengan keras untuk dapat
berdiri setelah dihempas badan dan ditikam gelombang.
Meski tanpa adanya kue tart yang manis dan berlemak dan
kemeriahan, ulang tahun akan tetap membahagiakan kala dua lilin usia kita
ditutup dengan doa dan syukur dan sebuah lagu dari hatimu.
Selamat bertumbuh menjadi dewasa!
Ps: Nggak ada salahnya kok kasih kado untuk diri sendiri sesekali ;)
Tertanda,
Sekali2 ultah mreneo ke Semarang nduk, taktraktir mie kopyok sakwaregmu :*
BalasHapusBoleh ngerampok koleksi tintin sekalian Mak? *nawar :))
Hapushappy belated bday WInda, cantik sellau :)
BalasHapusTerimakasih Mak Lidya :D
HapusWah seru banget ultahnya haha :)) Semoga menang ya! Btw, salam kenal ya.. Ditunggu post berikutnya, jangan lupa mampir balik ya hehe
BalasHapus-jevonlevin.com
Makasih sudah berkunjung ^^
HapusMbak.. typo mbak.. 2009 mbak.. xD
BalasHapusHuahahha 20009 iki taun piro se Punk ? :)) *ngakak. Makasih ya koreksinya, sini ke Malang, tak traktir naik becak
Hapuswaah kece nih postingannya...good luck utk lombanya.
BalasHapuswah minggu lalu mampir malang padahal sapa tahu bisa dikasih petikan thomas sm lagu sendu juga...
Hihih terimakasih. Mbaak, kalo ke Malang lagi kabar2 yaa, colek aku di FB boleh banget~
HapusHmm maaf nih mbak telat berkunjung selamat ultah ya mbak semoga makin dewasa dan makin cantik, ahi hi hi.
BalasHapusTerimakasih Kang ^^ *benerin sanggul*
HapusSelamat ulang tahun ya..
BalasHapusTerimakasih ^^
Hapusniceeee...syukur akan membuat semua istimewa :0. I just realized that you are sooo young :)
BalasHapusIya Mak, syukur bikin hidup terasa lebih content :)
Hapuswehheee
BalasHapusalter egonya sangat perfeksionis ya kakak
sukses utk lombanya ya kak ^_^
Ahahaha iyaaa mbak
HapusSalah satu cara untuk menjaga kewarasan ya dengan menuangkannya ke dalam tulisan dan lagu. Terimakasih sudah mampir~