Antara Ubud dan Maumere dan Drama-Drama Penuh Kecerobohanku
Ngomongin soal passport, biasanya nggak
jauh-jauh dari yang namanya travelling, backpacking, asurasi perjalanan Indonesia, dan liburan. Well, saya baru saja menyelesaikan
membaca buku berjudul "Passport to Hapiness". Buku ini
menceritakan tentang perjalanan Ollie, penulisnya, menjelajahi 11
kota di berbagai belahan dunia. Di 11 kota itu, Ollie mengukir
masing-masing cerita tentang perjalanannya mencari cinta dan
menenangkan diri pasca perpisahannya dengan suaminya.
Jujur, saya belum pernah mengadakan
perjalanan jauh seorang diri untuk tujuan menenangkan diri dan menata
rancangan hidup seperti Ollie. Seorang diri ke Bali pernah, tapi urusan pekerjaan. Saya pengen banget seorang
diri, di sebuah tempat yang nggak terlalu ramai, nggak plesiran juga
ke pusat-pusat perbelanjaan. Pengen menikmati hidup, menenangkan diri
dan menjadi orang yang nggak dikenal di suatu tempat asing :D
Destinasi 'kabur' impian saya nggak
jauh-jauh kok. Nggak sampai ke luar negeri segala. Adanya di
Indonesia. Cuma dua tempat yang pengen saya jelajahi seorang diri.
Yang pertama adalah Ubud. Semua ini dimulai sejak beberapa tahun
yang lalu, Kakak saya pernah bekerja di Ubud. Nah, ketika pindahan
saya ikutan bantuin dia ke Bali (Ubud) sana. Itulah pertama kalinya
saya ke Ubud dan melihat Bali dari sisi berbeda.
Bali yang sebelumnya saya tahu adalah:
pantai dan panas. Tetapi di Ubud, beda. Sepanjang mata memandang,
saya melihat hamparan hijau sawah-sawah yang bikin hati jadi tenang.
Meski banyak toko-toko di sana, tapi model tokonya beda. Bukan
toko-toko yang mentereng. Di sana saya sempat pengen beli
layang-layang Bali, sudah kenalan sama bli yang ngobrol panjang lebar
tentang cara pembuatannya yang masih sangat tradisional. Eh, gak jadi
beli karena ... mikir, bawa pulangnya gimana hehehe ...
Adem yak | Foto: copyright www.neverendingvoyage.com |
Setiap kali mendengarkan alunan
musiknya Gus Teja, yang ada di pikiran saya ya Ubud. Bukan tempat
lainnya. Terbayang banget, pagi-pagi disambut sunrise, menghadap ke
sawah sambil minum kopi. Lalu, bersepeda keliling Ubud, belajar bikin
penjor, belajar basket weaving dan fruit carving, belajar main suling bambu ala Bali, jalan kaki gak pakai alas kaki masuk ke sawah-sawah. Aku anaknya sawah dan suka keceh memang kok :D
Basket weaving | Foto: copyright grantourismotravels.com |
Entah ya, belum ke sana saja saya bisa
yakin kalau di sana saya bakal banyak mengalami pengalaman spiritual.
Bukan pengalaman spiritual semacam di padepokan Aa Gatot Brajamusti
lho ya! Hahaha .. Tapi pengalaman spiritual yang damai, tenang dan
sejuk. Seperti sejuknya daerah Ubud. Meskipun sejuk, tapi tetep sih,
di sana saya sanggup ngebir dingin 2 botol kayak kepanasan aja gitu
*halah ngguayamu Wind :))
Selain Ubud, destinasi impian saya yang
kedua untuk 'kabur' dari kejamnya kehidupan yang fana ini *halah,
adalah Maumere. Maumere adalah ibukota Kabupaten Sikka, Nusa
Tenggara. Kenapa sih saya pengen banget ke Maumere? Semuanya berawal
karena ... saya pernah menggarap sebuah proyek social media dengan
Maumere sebagai spotlightnya. Jadilah saya browsing-browsing, di
Maumere ada apa aja sih, apa yang menarik buat dibahas dan dijadikan
bahan postingan. Eh, ternyata Maumere bener-bener bikin jatuh hati
sampai ndlosor-ndlosor.
Patung Bunda Maria Segala Bangsa, incredible ya! | Foto: copyright capamaumere.com |
Melihat foto-foto promosi Maumere, saya
seperti tersihir pada dua tempat, yaitu Bukit Nilo dan Gereja Tua
Sikka. Sebagai seorang Katolik, pengen banget rasanya mengunjungi
patung Bunda Maria Segala Bangsa yang tingginya kira-kira lebih dari 30
meter itu. Konon ya, dari atas Bukit Nilo kita bisa ngeliat matahari
terbit. Ya ampun, kebayang banget lah ya kebesaran Tuhan yang
menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan begitu sempurna
*hahahaha ... kok malah khotbah, wind?*
Gereja Tua Sikka juga jadi tempat
impian untuk kudatangi. Gereja Tua Sikka ini tempat bersejarah yang
dibangun sama misionaris-misionaris SJ dengan bantuan Raja Sikka. Ada
apa di gereja tua Sikka? Ya ada gereja .. Hahahaha ... Di gereja mau
ngapain? Ya berdoa. Berdoa ngapain jauh-jauh, Wind? Ya meski gak ke
Gereja Sikka juga berdoa kok, tapi pengen aja ke sana, no reason needed :p
Saya adalah orang yang sangat menikmati
segala sesuatunya sendirian. Makan sendirian di restoran, minum kopi
sendirian di cafe, duduk sendirian di alun-alun sambil makan tahu
petis ... jadi travelling sendirian saya pun tetap menikmati. Atau
malah 'sangat menikmati' ya? Sebelum ini sih saya pernah pergi
sendirian, ke Bali, tapi untuk urusan pekerjaan. Dan ketika itu saya
menyadari bahwa saya suka pergi sendirian. Pergi jauh sendirian bagi
saya layaknya meditasi dan sarana untuk menenangkan pikiran yang
riuh.
Tapi sebetulnya sih, ada yang membuat
khawatir kalau pergi sendirian. Yang khawatir, terutama adalah orang
rumah. Karena saya orangnya pelupa (makanya cepat move on). Pelupanya
level akut. Mulai dari ketinggalan handphone, lupa gate sampai lupa
bawa tas :))
Saya pernah ketinggalan handphone pas
sudah masuk ruang tunggu di stasiun kereta api dan saya nggak hafal
nomor handphone Mama ataupun Kakak saya. Grusa-grusu, untungnya ada
mas-mas konter handphone baik hati yang mau meminjamkan handphonenya
cuma-cuma kepada saya untuk menelepon ke rumah. Terus, saya pernah
cengar-cengir duduk di ruang tunggu gate pesawat menuju ke Ambon,
padahal saya 'kan tujuannya mau pulang ke rumah. Rumah saya di
Malang, Pak! :(( Saya baru sadar ada di gate yang salah ketika lagi
antre mau beli Beard Papa, lalu saya baru sadar saya duduk di gate 7,
bukannya gate 8 pesawat menuju ke Malang :|
Cerita terepic ya ... saya pernah
meninggalkan tas saya di peron stasiun kereta dan baru sadar beberapa
menit saat sudah di dalam kereta dan kereta akan berangkat. Sungguh
terlalu.
Orang-orang sekitar saya sih selalu
wanti-wanti, hati-hati kalau pergi sendirian. Lha wong saya punya
track record buruk hehehe ... Kayaknya kalau pergi-pergi sendirian
saya harus mulai mempertimbangkan mendaftar asuransi perjalanan Indonesia deh. Supaya bisa mengantisipasi
kejadian-kejadian tak terduga, misalnya barang ketinggalan, barang
hilang tersesat, keterlambatan pesawat atau (amit-amit) kalau ada
gangguan kesehatan dan kecelakaan. Saya juga baru tahu kalau ada
asuransi perjalanan ini sewaktu iseng browsing dan ketemu webnya
Futuready.com. Jadi, Futuready.com adalah web yang bisa dibilang seperti
“supermarket” asuransi, dimana kita bisa memilih aneka asuransi
sesuai kebutuhan, mulai asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan
hingga asuransi perjalanan. One-stop-shopping lah istilahnya.
Image taken from Futuready.com |
Ketika saya mengungkapkan impian saya
pergi ke Ubud dan Maumere suatu hari nanti, untuk perjalanan
spiritual, satu
saja tanggapan Mama saya:
“Kamu pergi adoh-adoh ... wong ke kamar mandi ae andukmu kari-an." (kamu pergi jauh-jauh, wong ke kamar mandi aja handukmu ketinggalan)
Kemudian green tea yang sedang saya
minum, rasanya mendadak seperti air perasan kaos kaki :’(
keren ya patung bunda maria nya itu. kayak patung yesus yang di brazil ya...
BalasHapusiyes. kamu butuh banget tambahan asuransi itu win! butuh banget!!
BalasHapus*mengingat2 kejadian apa aja yg pernah terjadi*
patung bunda maria itu 30 meter? wow, tinggi banget yah Mba Winda? teman-teman kuliah saya dulu ada beberapa orang yang dari maumere loh :)
BalasHapusIya ya asuransi perjalanan lama2 jadi penting buat dilakuin
BalasHapusHe..he, ternyata ada temennya yang suka lupa. Klo aku paling pelupa klo naruh2 sesuatu..
BalasHapusBtw, ubud..aku pernah lewat doang mbak. He eh, alami bnget. Damai lah kesannya...
kalau desanya kayak yang difoto pasti betah ya tinggal di desanya
BalasHapusSama, saya juga betah banget kalau tinggai di desa kayak di foto... huhu jadi kangen kampung halaman
HapusAih, kok sama sih destinasi menyendiri kita? Saya juga pengen banget ke Ubud, seorang diri. Pengen menuntaskan draft novel yang terbengkalai, nih. *aih, malah curhat. Hehe
BalasHapusMelihat foto pertama, jadi kepengen pulang kampung lagi. Padahal baru aja dua minggu yang lalu aku ada di kampung. :)
BalasHapus