Pandemi Masih Ada Di Sini, Mari Hidupkan Mode Bertahan Hidup Sendiri
Image taken from Pexels.com/Cottonbro |
Sudah lebih dari enam bulan semenjak pandemi pertama kali diumumkan di Indonesia. Berbeda dengan momentum-momentum lain dalam hidup, kali ini saya nggak bakal bilang, "Nggak terasa ya." Karena ... ya terasa banget lah perubahan hidup semua manusia di dunia ini semenjak ada pandemi. Mulai dari cara berperilaku, menjaga kesehatan, berinteraksi ... Pandemic changes everything!
Di kota saya sendiri, Malang, termasuk salah satu wilayah yang jumlah tingkat penderita Covid-19 -nya tinggi. Kedua tertinggi setelah Surabaya. Ya, Jawa Timur memang provinsi kedua tertinggi setelah DKI Jakarta. Dan ... di sini semua tampak baik-baik saja 😕.
Tanpa mendiskreditkan peranan pemerintah daerah maupun pusat, tapi kacau-balau-nya distribusi pemberian bantuan dari atas ke bawah tuh akhirnya bikin patah harapan juga kita bisa dapat kehidupan yang sedikit lebih layak di masa krisis pandemi ini. Kata Chatib Basri, "Orang hanya bisa tinggal di rumah jika dia punya tabungan atau mendapat bansos." Dan ini memang realitanya seperti itu! Orang mau kok tinggal di rumah selama apapun, asalkan kebutuhan pangannya terjamin. Kalau nggak, ya pilihannya mati karena Covid-19 atau mati kelaparan. Sedih banget, sebetulnya keduanya bukan pilihan yang mau dipilih siapapun 'kan ...
Ya gimana ya, semakin ke sini, saya menyadari kalau kita nggak punya pilihan lain selain bertahan dengan diri sendiri. Tanpa mengharapkan bantuan orang lain. Semuanya harus ditata dan dijaga sendiri. Karena di hari ini, kita semua berhadapan dengan yang namanya kompleksitas kepentingan individu. Butuh uang, butuh sehat jiwa dan raga. Sulit because after all we're just an human being.
Saya termasuk orang yang masih berkegiatan di luar rumah di masa pandemi ini. Di rumah saja 100 persen bukan hal yang bisa saya lakukan karena ada hal-hal pekerjaan yang masih harus saya lakukan di luar rumah. Ya saya kerjanya freelance, nggak punya kantor. Meeting bisa dilakukan via daring, tapi nggak semua koordinasi dan pekerjaan bisa diselesaikan di dunia maya. Akhirnya, tetap ketemu orang lain di coffee shop untuk meeting.
Kalau bisa, kalau mampu, tentu saja pengennya di rumah saja. Apalagi ada orangtua yang sudah sepuh dan sakit. Setiap kali harus keluar rumah, itu dilematis sekali buat saya. Tapi mau bagaimana lagi. Yang bisa dilakukan ya tidak berkerumun, jaga jarak walau duduknya semeja, pakai masker, cuci tangan, pakai hand sanitizer, dan segala macam cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir risiko.
Image taken from Pexels.com/AnnaShvtes |
Saya juga berusaha meminimalisir kegiatan di luar rumah. Kalau pun ke luar rumah hanya untuk kepentingan terbatas. Olahraga sendirian, ke studio tempat biasa saya latihan band, atau ke rumah teman sesekali yang saya tahu benar track record-nya. Atau pergi ke alam bebas sekalian yang sepi. Menghindari pergi ke pasar, ke mall, ke tempat di mana banyak orang dalam ruangan.
Di hari ini, semua pilihan ada di diri kita sendiri. Saya belajar sekali di masa pandemi ini untuk tidak menghakimi orang lain. Tempat publik sudah dibuka, transportasi juga udah mulai berjalan lintas kota. Pilihan masing-masing untuk mau atau tidak mau melakukan suatu hal, yang pasti risikonya harusnya sudah dipahami sendiri.
Kemarin, di Jakarta PSBB diberlakukan lagi. Beberapa teman yang sedang berada di Jakarta karena urusan bisnis atau pun personal, mau kembali ke Malang, pada kebingungan. Terutamanya karena bingung cari tempat PCR Swab Test Jakarta. Memang nggak mudah ya, walau di Jakarta tentu lebih banyak pilihannya. Saya coba cari pakai Halodoc, muncul banyak opsi sekaligus biayanya.
Ada puluhan RS di Jakarta yang menyediakan layanan PCR swab test |
Info RS yang menyediakan PCR swab test di kota lain juga cukup lengkap di Halodoc |
makasih sharingnya
BalasHapusMba Win itu buat janji dulu apakah artinya tidak bisa langsung on the spot ya?
BalasHapusKemarin pas nyari aku enggak kepikiran pakai halodoc ini sih ya, sempat bingung juga nyari yang buka karena pas weekends pelayanan RS biasanya tutup ya.
Semoga kita tetap bertahan diparingi sehat, aamiin. Semangat untuk kita semua!
Sepertinya memang harus bikin appointment ya Mbak Nining. Memastikan ketersediaan alat dan biar nggak berkerumun antrian. Amin Mbaaa, semangat dan sehat selalu untukmu sekeluarga yaaa.
Hapus