What Does Happiness Mean to You?
Saya dan pacar, Eka, kadang suka membahas hal-hal yang sangat random sambil berkendara naik motor. Contohnya adalah "Kenapa suatu kata kalau diulang terus-menerus, jadi hilang artinya?". Misalnya kata "makan". Kalau diucapkan 2-3 kali, otak kita masih meresponsnya sebagai kata kerja, yaitu proses mencerna makanan pokok, dari memasukkan ke mulut sampai menelan. Tapi coba deh, kalau diulang sampai 10-20 kali secara terus-menerus, kata itu bakal kehilangan maknanya.
Saya merasakan hal yang serupa dalam hal kebahagiaan. Ini mungkin sangat personal ya, tapi ketika terus-menerus disebutkan, kata 'bahagia', 'kebahagiaan', dan semacamnya itu, jadi terasa hambar. Mungkin inilah yang bikin netizen suka meragukan orang yang berlebih mengumbar 'kebahagiaan' dan kesempurnaan itu sebenarnya gak bahagia. Yah banyak kasus juga sih seperti ini, seperti kisahnya seleb TikTok namanya Ali Abulaban yang di social media hidupnya tampak perfect dan relationship goals sama istrinya, Ana, tapi belakangan diketahui dia membunuh istrinya sendiri.
Pengen hidup bahagia, siapa sih yang gak mau? Di jurnal-jurnal saya terdahulu, beberapa kali saya menyebut goals hidup yang ini. Tapi setelah dibaca lagi selang beberapa waktu, setelah mengalami perjalanan ini-itu, meninggalkan-ditinggalkan, disakiti-menyakiti, dan lain-lain, saya jadi bingung sendiri, bahagia itu yang kayak gimana sih?
- Apakah punya pasangan, lantas kita pasti bahagia?
- Apakah punya duit banyak, lantas kita pasti bahagia?
- Apakah punya barang-barang bermerk, lantas kita pasti bahagia?
Komentar
Posting Komentar
Thankyou for your feedback!