Alien
Aku selalu merasa ada bagian dalam diriku yang tidak benar-benar serasi ketika diciptakan. Bersiul, menjentikkan jari, membawa handuk ke kamar mandi, mengendarai kendaraan bermotor dengan hati-hati adalah partikel-partikel yang lupa disertakan Tuhan ke dalam diriku.
Aku selalu merasa ada bagian dalam diriku yang diciptakan dengan tidak “tegak lurus dengan langit”*. Kenapa aku menyukai krisan putih daripada mawar merah yang romantis? Kenapa aku lebih suka udara panas ketimbang hujan yang romantis? Kenapa aku lebih suka Brit-Pop ketimbang K-Pop? Kenapa aku masih berkutat dengan The Carpenters, gitar dan harmonika sementara seumuranku sibuk mencari pasangan hidup?
Adalah hidup dimana aku memilih tanpa disadari. Tidak ada yang menyuruhku bertingkahlaku A, tetapi aku melakukannya. Tidak ada yang menyuruh memutuskan jalan B, tetapi akupun akhirnya berbelok ke sana.
Adalah hidup dimana aku punya cara sendiri untuk melakoninya. Meskipun mereka bilang aku visioner, saat aku punya alasan tepat dan tak menyakiti siapapun, apa masalahnya?
Adalah hidup dimana aku merasa akulah yang pegang kemudi, bukan ayah-ibuku apalagi orang yang baru 1-2 tahun kukenal. Akan kukendarai hidup dengan bertanggungjawab. Saat jatuh, itulah pengalaman untuk berhati-hati karena jalan kehidupan tidak selalu mulus seperti paha perempuan. Tapi ketika aku jatuh berulangkali, mungkin saatnya aku berputar dan melihat hidupmu dari arah yang berlawanan biasanya. Tak seorangpun mau jatuh berulangkali, karena yang tidak pernah belajar dari pengalaman hanyalah keledai, bukan kita!
Percayalah, aku juga pernah takut menggantung tinggi harapanku. Aku takut berdiri, aku takut berlari, aku takut tahu dan bertanya banyak tentang dunia ini. Percayalah bahwa aku berusaha keras untuk mempercayai bahwa semuanya adalah wajar. Tapi rasa takut akan terkalahkan dengan kepercayaan jika aku pasti bisa melakoninya dengan bertanggungjawab.
Aku juga takut jika tanganku kotor karena meninju wajah-wajah keparat itu pada momen-momen sarkastik tertentu yang tak membantuku menjadi manusia baik-baik saja, malah mendampratku habis menjadi kotoran di ujung ruangan.
Aku yakin masih ada di luaran sana orang yang punya isi kepala seperti lukisan Van Gogh. Tapi ketika judge itu dijatuhkan padaku, tidak masalah. Lantas, jika kamu percaya bisa mengukurku, jawablah pertanyaanku ini : ”Kamu tahu kenapa aku suka Alien?” ;)
————————————————————
* frase “tegak lurus dengan langit” diambil dari judul cerpen Iwan Simatupang
Komentar
Posting Komentar
Thankyou for your feedback!